Friday, September 26, 2008

DISEBALIK HIJAB CINTAMU........



DISEBALIK HIJAB CINTAMU........

Demi Allah yang jiwa ragaku berada di tangaNnya,di genggamanNya........

Aku adalah gelap zulumat yang hina,kotor bersalut debu dan lumpur....
Berkarat dan bernanah disaluti angan-angan dunia dan isinya...
Ya Allah...
Izinkan aku mengintai di sebalik hijab cinta Mu...
Kerna aku selayaknya hambamu yg hina pada segalanya.....
Lantas hamba bagaimanakah aku ini Ya Rabb..?
Wahai matlamat segala cinta......
Telah aku lalui segala jalan yang kau murkai....
Hingga aku merasakan dimana lagi ruang utkku berpijak...,di mana lagi jalan yg harusku jejak....,di mana lagi langkah yang harus ku anjak........???
Lantaran di kiriku,dikananku,diutara mahupun di selatanku adalah bumiMu yang Maha....
Lantas nikmatMu yg mana lagi yang aku dustakan....?
Bukankah mata yang sesekali melirik manja ini adalah kurniaMu....?
Bukankah lisan yang betah merasa dan petah bermadah ini sebetulnya rahmatMu.....?
Bukankah telinga yang menangkap merdunya melodi tasbih ini sebenarnya kudratMu.....?
Bukankah nafas yang aku rengguk semahu-mahuku ini adalah sayangMu........?
Bukankah atma yang sering menyimpan rasa ini hakikatnya anugerahMu......?
Bukankah begitu Ya Rahman.......?
Lalu nikmatMu yang mana lagi yang aku dustakan....?
Justeru itu mana mungkin u’yun ini tega memandang larangMu,mana mungkin lisan ini lancang berbicara tanpa wahyuMu,mana mungkin atma yang menggelegakkan sejuta rasa ini terpandu tanpa ilhamMu...Teganya aku Ya Allah menggunakan pemberianMu serasaku...Teganya kasih sayangMu aku peralatkan menjadi sebuah untaian dosa yang bangsat..!!!
Ya Rabb.....
Telah kau hamparkan seluruh rasa sayangMu,telah kau taburkan segenap cintaMu utk insan hina sepertiku...
Betapa dosa-dosaku itu kurasakan meliputi segenap langit dan bumi....
Namun aku yakin Ya Rahman, MaghfirahMu juga bisa kau bentangkan seluas isi langit dan bumi..Izinkan aku menghamparkan seluruh itqan,taat dan sabarku dlm aku merenda hilwah kasihMu dan janganlah Y Rabbi kau hinakan diriku di dunia & akhirat....
Wahai Tuhan Yang Sami’un Basir...........
Pandanglah wajah kehinaan ini Ya Allah,wajah insan faqir dan miskin ini..
Sudilah kiranya Kau mendengar walau sezarah rintihanku dari sejuta rintihan-rintihan batinku..
Sudilah kiranya Kau mendengar walau sepicing cuma bisikanku dari ribuan-ribuan bisikanku yang kukira ada awalnya namun akhirannya tiada.....
Ya Rabbul Izzah.....
Aku pohon berlindung denganMu dari hati yang lupa akan hakikat kejadian...
Moga-moga aku juga bisa merengguk manisnya madu Syurgawi, harumnya Kasturi Adnin dan indahnya Raudhatul Firdausi bersama wajah-wajah para solihin,mujahidin,muttaqin,mukhlisin danTawwabiin yang menjadi rindu-rinduan....
juga tidak terlupakan habibMu yang yang sentiasa memenuhi ruangan atma ini...yang sering menjadi tasbih utk dipuji-puji..pejuang risalahMu yang mengeluarkan kami umatMu minazzulumat ila Nur.........
Ya Rahman Ar Rahim.....
Janganlah doa dan zikir rindu ini......pada pandanganMu tidak ubah hanyalah seperti.........seburuk-buruk suara.....yakni suara himar dan suara serak para ahli Neraka........NauzuBillah..........

Komitmen Muslim Sejati - Fathi Yakan



Tatkala memasuki usia dewasa, tanpa melalui proses yang berliku, kita tiba2 telah mendapati diri kita seorang Muslim. Orang tua, suasana rumah, danlingkungan sekitar, telah membawa kita kepada suasana batin yang penuh ian dan larut dalam tradisi ubudiah. Ini patut disyukuri. Hanya saja, jika potensi keimanan dasar ini tidak dikembangkan dengan wawasan pengetahuan keislaman lebih lanjut, keimanan kita menjadi stagnan dan asif. Dan fenomena ini dijumpai di tengah komunitas umat Islam.

Padahal, ajaran Islam diturunkan oleh Allah untuk ditegakkan di muka bumi. Ia tidak hanya berisi tuntunan individu manusia dalam menjalin hubungan dengan Tuhannya dalam aktivitas ibadah ritual,namun juga berisi sistem kehidupan untuk menjadi panduan bagi seluruh umat manusia dalam menata kehidupan.

Untuk misi yang demikian ini, dan sebagai sebuah nilai yang harus diperjuanagkan, Islam memerlukan komitmen penuh dari para pemeluknya. Komitmne dalam memegang prinsip keyakinan, komitmen dalam memgang teguh nilai, dan komitmen dalam memperjuangkannya.

JEMBATAN CINTA Agar Hati Tak Bertabur Dengki - Dr. 'A'idh Al Qarni



Wahai pemilik hati yang bertabur dengki!. Wahai pemilik hati yag selalu menyemburkan 'hawa panas' perselisihan dan permusuhan!. Wahai pemilik hati yang selalu keruh oleh noda kebencian dan kedengkian!. Sampai kapankah dirimu akan terus menabuh genderang permusuhan kepada saudara muslimmu yang lain, yang mungkin berbeda pendapat, golongan dan kelompok denganmu?. Sampai kapankah dirimuakan menyembunyikan sirine kebencian dan kedengkian kepada orang lain yang mungkin acap kali menyakiti hatimu?. Haruskah dendam yang berbalut kedengkian itu akan terus menjadi 'perhiasan maut' bagi hatimu? Bagaimanakah caranya agar hati yang bertabur dengki itu bisa berubah menjadi hati yang bertkhtakan rasa cinta?

Wahai Saudariku, Jagalah auratmu….Tolonglah…..


“dan Katakanlah kepada perempuan-perempuan Yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali Yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka….” (An-Nur : 31)


Kadang kala aku terfikir, dimanakah letaknya malu seorang perempuan. Apabila diri ini melihat saudari2 perempuanku memperlihatkan auratnya... Astaghfirullah....Hati ini berbisik.. Bukankah seorang perempuan itu cukup bahaya bagi seorang lelaki. Mengapa begitu mudah memperlihatkan segala2nya.... Ya, memang kamu masih memakai tudung, kamu masih menutup tubuh kamu dengan t-shirt kamu, tapi tidakkah kamu perasan wahai saudara2 perempuanku sekalian bahawa tudung kamu JARANG n PENDEK..???? baju kamu berlengan pendek, baju kamu menampakkan punggung kamu, baju kamu menampakkan bentuk tubuh kamu??!!!...Astaghfirullah....Sedih rasanya....


Wahai saudari2 perempuanku,

Janganlah kamu terlalu mudah untuk menampakkan perhiasan kita. Yang hanya boleh dinampakkan hanya muka dan tapak tangan. Itu sahaja. Tapi budaya pakaian orang sekarang. baju t-shirt lengan pendek, tidak berstokin, tudung jarang dan macam2 lagi. Sedarlah saudara2ku sekalian bahawa perhiasan itu hanya untuk orang yang layak sahaja. Iaitu suami kita. Tidakkah kita terfikir bahawa, betapa KESIANnya SUAMI kita apabila suami kita tu susah2 salam tangan pak imam untuk lafaz akad nikah, bayar duit mas kawin, bayar duit hantaran beribu2 ringgit n barulah dapat melihat sebenar2nya. Tetapi lelaki2 yang bukan suami kita hanya dapat melihat secara FREE OF CHARGE tanpa susah2 salam pak imam, xperlu bayar beribu2 ringgit. Segala2nya free. Xperlu bayar untuk melihat jari kita, tangan kita, bentuk tubuh kita. Alangkah RUGInya dan KESIANnya suami kita....Fikir2kanlah....

Wahai saudari2 perempuanku,

Janganlah salahkan lelaki jika mereka melihat kita dengan pandangan yang nakal disebabkan pakaian kita yang belum sempurna sebagai seorang perempuan Islam. Ini disebabkan fitrah mereka memang akan tertarik kepada perempuan. Maka dengan itu saudari2ku sekalian, janganlah diri kita ini menjadi asbab terjadinya fitnah. Janganlah disebabkan kita, kita dan mereka berdosa. Janganlah disebabkan kita, mereka berfikir bukan2. Jangan disebabkan kita, menjadi punca mereka bertindak jahat. Kitalah yang mesti bantu mereka. Tutuplah auratmu saudariku...Tutuplah dengan sempurna..


Wahai saudara2 perempuanku,

Ingatlah saudariku, ALLAH telah memberikan peringatan kepada kita...

” ini ialah satu "surah" Yang Kami turunkan, dan Kami wajibkan hukum-hukumnya, serta Kami turunkan padanya ayat-ayat keterangan Yang nyata supaya kamu beringat (mengamalkannya).” (An Nur 24 : 1)

ALLAH menerangkan ayat pertama didalam surah An Nur ini ialah bahawa kita sebagai hambanya WAJIB menjalankan perintahnya dan mengamalkan suruhannya. Awal2 lagi ALLAH dah peringatkan. Dan kandungan yang penting adalah terdapat pada ayat ke 31 iaitu:

“dan Katakanlah kepada perempuan-perempuan Yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali Yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka….” (An-Nur : 31)

Ini bermakna, kita memang WAJIB menjalankan perintah ALLAH. Sebab apa??? sbb ALLAH dah peringatkan dipermulaan ayat. ALLAH telah menetapkan perintah itu, maka kita sebagai hambanya perlu taat dengan perintah ALLAH. Janganlah melanggar perintah itu. Janganlah kita mempertikaikan kenapa ALLAH memerintahkan kita menutup aurat. LAYAKKAH kita untuk melanggar perintah ALLAH???? LAYAKKAH kita mempersoalkan perintah ALLAH itu???? LAYAK ke..???? Kita hanya hambaNYA... Kita minta segala2nya kepadaNYA, kita mohon perlindungan,kesihatan, kejayaan, kita mohon segala2nya dari ALLAH, tp once ALLAH perintahkan kita sesuatu pada kita, kita mungkar perintahNYA...TAK MALU ker..??? segala2nya nikmat ALLAH bagi, tapi kita..????? leka dengan keseronokan, terikut2 budaya barat yang terdedah sana sini menampakkan segala2nya tanpa ada rasa sedikit MALU pun...

Wahai saudari2 perempuanku...

Aku sayang kamu.

p/s : kerana aku saudara kamu....

Menghidupkan Hati Dengan Shalat - Syaikh Musthafa Masyur




Akhi (saudaraku), shalat itu kewajipan yang dibebankan Allah Taa'la kepada kita. Tahukah anda bahawa shalat itu lebih dari sekadar kewajipan fizikal, tapi kewajipan maknawiyah (spiritual), dengan hati sebagai objek utamanya sebelum organ tubuh kita, agar hati hidup? Ya, agar hati hidup, menemukan karekter aslinya, dan dapat beraudiens dengan Rabbnya. Hati harus selalu hidup dan shalat sarana paling efektif untuk menghidupkannya. Kenapa Allah Ta'ala perlu "mengundang" Rasulullah SAW ketika hendak mewajibkan shalat? Apa makna takbir, pengucapan basmalah, isti'adzah, pembacaan doa iftitah, surah Al Fatihah, surah Al Quran, ruku', iktidal, sujud, dan gerakan-gerakan solat yang laiya? Rahsia apa yang terkandung di semua gerakan tadi? Bagaimana sikap ideal di semua gerakan tersebut?

Itu semua dikupas buku ini, dengan tinjauan lain dari yang lain. Tinjauan spritual, yang selama ini luput dari perhatian kita. Akibatnya kita tidak menikmati shalat, gagal menembus "ruh"nya dan hati kita tidak hidup di dalamnya. Walhasil, hati kita tidak hidup di luar shalat.

Thursday, September 25, 2008

Mengapa Harus Satu Juz?


Hendaklah anda memiliki wirid harian membaca Al Qur`an minimal satu juz dan berusahalah sungguh-sungguh agar jangan sampai mengkhatamkannya melewati waktu satu bulan
(Hasan Al-Banna)

Al Qur`an adalah sungguh sebuah kitab yang benar-benar luar biasa. Di dalamnya terdapat lautan hikmah dan pelajaran serta kebaikan untuk seluruh umat manusia tak terkecuali. Jika seseorang sedang melakukan perjalanan jauh, tentu saja ia akan membawa bekal yang cukup untuk perjalanannya. Begitu pula halnya dengan Al Qur`an, Allah menurunkan Al Qur`an sebagai bekal (tazwid) dalam perjalanan hidup manusia. Bekal adalah suatu persiapan, tanpa persiapan maka seseorang tentu akan kesulitan mengharungi perjalanan panjang yang cukup melelahkan ini.

Al Qur`an diturunkan bukan hanya untuk disia-siakan, atau sekedar menjadi pajangan yang berdebu di dalam rumah kita. Justru Al Qur`an diturunkan agar manusia mengambil pelajaran dari dalamnya dengan cara membaca, memaknai, bahkan menghafalnya, dan tentu saja yang terpenting setelah itu semua adalah mengamalkannya dalam kehidupan kita. Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai seorang muslim sementara kitab sendiri saja tidak pernah dibaca atau disentuh. Bagaimana pula kehidupan seseorang yang jauh dengan Al Qur`an? Sesungguhnya menjauh dengan Al Qur`an akan membuat ruhani kita ringkih dan dapat melemahkan kita dalam menghadapi permasalahan hidup.


Allah di dalam Al Qur`an telah memberi jaminan dan anugerah bagi mereka yang selalu membaca Al Qur`an :

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Faathir : 29)

Keislaman kita hendaknya mampu membentuk komitmen dalam tilawah, lebih dari sekedar membaca, melainkan membentuk moralitas ta`abbud kepada Allah sehingga menjadi sebuah proses tazwid yang berkesinambungan. Bagaimana jika proses tazwid ini tertinggal selama sepekan, dua pekan, atau bahkan lebih? Ibarat seorang atlet olahraga yang akan menghadapi kejuaraan besar. Ketika ia tidak melakukan latihan secara berkesinambungan, maka otot-ototnya akan tegang dan ketika kejuaraan dimulai, bisa jadi ia harus melakukan pemanasan yang lebih dari biasanya dan kemudian ia akan kewalahan menghadapi kejuaraan itu, karena apa? Karena persiapan yang ia lakukan tidaklah matang dan terburu-buru.

Tarbiyah adalah proses perjalanan beribu-ribu mil jauhnya. Entah berapa langkah yang sudah kita lewati saat ini. Membina diri dengan Al Qur`an adalah suatu keniscayaan, karena sumber kebenaran itu ada pada Al Qur`an. Lalu mengapa harus satu juz perhari? Kita harus serius dengan tilawah satu juz perhari karena itu merupakan mentalitas `ubudiyah, disiplin, dan akan menambah tsaqofah (wawasan). Apalagi jika kita berkomitmen untuk menegakkan islam di bumi Allah ini, maka hendaknya kita menjadi batu-bata yang kokoh dalam bangunan islam. Sejarah mencatat bahwa para salafush shalih menyikapi apa yang disabdakan Rasulullah saw, Bacalah Al Qur`an dalam satu bulan! sebagai sesuatu yang minimal!. Subhanallah, bayangkan saja para salafush shalih, sahabat maupun sahabiyah yang kita tahu tingkat kualitas diri mereka yang sungguh luar biasa malah kemudian menjadikan satu juz itu sebagai target minimal dalam satu hari. Sementara kita saat ini, sebagian besar menganggap satu juz itu sebagai target maksimal dalam satu hari. Jika demikian, bagaimana mungkin kita dapat mengulangi kesuksesan para sahabat dalam membangun islam ini?

Jika tarbiyah qur`aniyah kita telah matang, kita pasti akan dapat merasakan bahwa sentuhan tarbawi surat Al-Baqarah berbeda dengan Ali-Imran. Begitu pula dengan surat-surat yang lainnya. Boleh jadi ketika seseorang sedang membaca surat An-Nisa, ia merindukan surat Al-Ma`idah. Itulah suasana tarbiyah yang belum kita rasakan dan harus dengan serius kita bangun dalam diri kita. Sungguh, Al Qur`an adalah sarana tarbiyah terbaik bagi diri dan kehidupan kita, sarana membina diri, karena di dalamnya ketika lembar demi lembar kita buka dan kita baca sekaligus kita maknai, maka kita akan merasakan suatu keunikan tersendiri dari Al Qur`an. Itulah mengapa dikatakan Al Qur`an adalah sebuah kitab yang luar biasa karena ia adalah perkataan Allah yang dipenuhi oleh berbagai hal yang luar biasa.

Cara Bersungguh-Sungguh Dalam Tilawah Satu Juz sehari


1. Berusaha melancarkan tilawah jika belum lancar. Ukuran normal membaca satu juz adalah 30-40 menit, jika lebih lama dari itu maka berusahalah untuk memperlancar bacaannya. Bayangkan saja 30-40 menit dari 24 jam bukanlah waktu yang lama, namun terkadang kita lebih sering ngobrol atau menonton TV berjam-jam ketimbang menyisihkan Al Qur`an selama setengah jam dalam satu hari.

2. Aturlah dalam diri kita kesepakatan untuk komitmen ibadah satu juz tilawah perhari, jika tidak tercapai, hendaknya kita iqab (semacam hukuman) diri kita dengan iqab yang mampu membangkitkan kesungguhan kita, misalnya jika hari ini tidak sampai satu juz, maka esok harinya kita akan menggandakannya menjadi dua juz. Sebagai contoh para sahabat yang sering meng-iqab diri dengan bersedekah atau menginfaqkan seluruh hartanya di jalan Allah. Subhanallah.

3. Cari tempat-tempat yang kondusif untuk melakukan tilawah karena terkadang kita butuh waktu sejenak untuk menyendiri

4. Sering-sering mengadu kepada Allah dan memohon untuk dimudahkan kesungguhan dan komitmen dalam melaksanakan ibadah tilawah ini. Bahkan selipkan di antara doa-doa kita permohonan agar kita dijadikan orang-orang yang dekat dengan Al Qur`an. Amin.

5. Perbanyak amal saleh karena amal saleh dapat menghasilkan energi baru untuk amal saleh selanjutnya.

Perkara yang Harus Diwaspada!


1. Perasaan menganggap sepele (mudah) saat sehari tidak membaca Al Qur`an
2. Lemahnya wawasan ber-Al Qur`an sehingga tidak termotivasi untuk bersungguh-sungguh dalam membaca Al Qur`an
3. Tidak memiliki waktu wajib membaca Al Qur`an, dan membaca Al Qur`an sesempatnya saja atau bahkan dengan waktu-waktu sisa kita
4. Lemahnya keinginan untuk memiliki kemampuan tilawah
5. Terbawa lingkungan sekeliling yang tidak memiliki perhatian terhadap tilawah Al Qur`an
6. Tidak tertarik dengan majelis yang menghidupkan Al Qur`an

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah lalu di antara mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali turun kepada mereka ketenangan yang diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah swt menyebut nama-nama mereka di sisi makhluk yang ada di dekatNya. (HR. Imam Muslim)

Akibat Tidak Serius Melakukan Tilawah


1. Sedikitnya barakah dakwah atau `amal jihadi kita dan menjadi indikasi lemahnya hubungan sebagai jundi kepada Allah swt.
2. Kemungkinan lainnya, tertundanya pertolongan Allah swt dalam amal jihadi. Jika salafush shalih saja tertunda kemenangannya hanya karena meninggalkan sunah bersiwak, apalagi jika meninggalkan amal yang bobotnya jauh lebih besar dari itu.
3. Semakin jauhnya ashshalah (orisinilitas) dakwah. Dakwah kita adalah dakwah bil qur`an, bagaimana mungkin kita mengumandangkan dakwah sementara hubungan kita dengan Al Qur`an sendiri melemah
4. Semakin jauhnya dakwah dari nuansa ilmu, padahal hakikat dakwah adalah meningkatkan kualitas keilmuan umat

Maraji` : Tarbiyah Syakhsiyah Qur`aniyah, Abdul Azis Abdur Rouf, LC

sumber : www.halaqah-online.com

Keimanan bentuk sahabat sejati


Tali persaudaraan sesama umat terus utuh jika didasari ajaran al-Quran



AMIRUL Mukminin Khalifah Sulaiman Abdul Malik adalah sepupu Umar Abdul Aziz. Hubungan mereka sangat erat sehingga khalifah menamakan Umar sebagai pewaris takhtanya. Walaupun kaum kerabat khalifah tidak menyukainya, khalifah tetap meneruskan hasratnya itu kerana Umar amat taat kepada agama.

Seorang menteri dan penasihat khalifah terkenal alim lagi warak, Raja’ Haiwah menasihati Sulaiman sewaktu akhir hayatnya: “Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau akan dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat daripada Allah (SWT) SWT di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu? Jawab Khalifah Sulaiman: Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz.”

Suatu hari, sewaktu pemerintahannya, Sulaiman mengajak Umar ke kem tentera Bani Umayyah. Sulaiman bertanya kepada Umar: “Apakah yang kamu lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?” Khalifah nampak terlalu bangga ketika melihat kekuatan pasukan yang sudah dilatih.

Namun Umar menjawab tanpa rasa takut: “Aku sedang melihat dunia itu sedang dilahap antara satu sama lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggungjawab dan akan ditanyakan oleh Allah (SWT) SWT mengenainya.”

Khalifah Sulaiman berkata lagi: “Tidakkah kamu takjub dengan kehebatan pemerintahan kita ini? Jawab Umar lagi: “Bahkan yang paling hebat dan membuatku takjub ialah orang yang mengenali Allah (SWT) SWT kemudian menderhakai-Nya, mengenali syaitan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepadanya.”

Mengamati perbualan antara khalifah dan sahabat sejatinya, Umar Abdul Aziz itu jelas terlihat keikhlasan dan cinta kasih dalam perhubungan dua insan atas nama persahabatan dunia akhirat. Sulaiman menangis setiap kali Umar menasihati dengan penuh kasih sayang.

Kedua-dua bapa mereka iaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz adalah adik beradik daripada keturunan kerajaan Bani Umayyah. Pertalian darah merapatkan hubungan mereka. Namun yang paling ketara ialah pertalian hati yang ikhlas kerana Allah (SWT) SWT dalam mencintai saudaranya.

Teman paling rapat kadang-kadang boleh menjadi musuh dalam selimut melainkan orang dipelihara Allah (SWT) SWT hati mereka daripada khianat, dengki yang disembunyi dan dendam yang dipendam. Dunia menunjukkan kesudahan orang yang teraniaya angkara teman sendiri, ada yang muflis disebabkan mahu menolong kawan.

Dipenjara kerana membela orang yang istimewa baginya tetapi orang itu akhirnya langsung tidak mengenang budi dan jasa sahabatnya itu. Semua terjadi kerana sikap kepura-puraan, bermuka-muka dan saling mengampu. Hubungan yang tidak diasaskan dengan kejujuran, keimanan dan ketakwaan kepada Allah (SWT) SWT.

Al-Quran mengabadikan kejujuran dan keikhlasan persahabatan antara Muhajirin dan Ansar dalam firman Allah (SWT) yang bermaksud:

“Dan orang yang menduduki kota Madinah dan beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan mereka (Ansar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara daripada kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (Surah al-Hasyr, ayat 9).

Syarat tali persaudaraan boleh menjadi kukuh menurut al-Quran ialah jika anda dan sahabat disatukan oleh ikatan iman. Bukan kerana ikatan perniagaan atau assabiah jahiliah. Ia terlalu rapuh untuk dipegang, bahkan dua insan boleh dirosakkan oleh hubungan sebegitu.

Jika untung boleh jadi kawan, rugi pula saling tikam menikam. Masa berkuasa semua menyokong jika jatuh tanpa kuasa tiada seorang pun mahu menolong. Begitu pula di dunia, mereka boleh jadi sahabat rapat saling menguntungkan tetapi di akhirat, mereka menjadi musuh yang saling cela mencela.

Firman Allah (SWT) SWT yang bermaksud:

“Teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang bertakwa.” (Surah al-Zukhruf, ayat 67)

Ketika di dunia mereka saling tolong menolong pada jalan batil, jika seseorang melakukan kejahatan maka sahabatnya itu malah memuji dan mengampu kerana mahu mengambil kesempatan atas kelemahan saudaranya.

Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud meriwayatkan daripada Abi Bakrah, beliau berkata:

“Seorang lelaki memuji seseorang di sisi Rasulullah SAW kemudian Baginda SAW bersabda yang bermaksud: Engkau telah memotong leher sahabatmu. Barang siapa yang memuji saudaranya dengan tidak dapat dielakkan juga, maka hendaklah dia berkata: Aku menilai si polan. Dan Allah (SWT) SWT yang menjadi penilai yang sebenar, seseorang tidak boleh menyucikan seseorang melebihi Allah (SWT) SWT.”

Oleh itu, sahabat Rasulullah SAW amat membenci perbuatan suka mengampu, padahal mereka memang selayaknya mendapat pujian. Seorang lelaki memuji Abdullah bin Umar katanya: “Wahai sebaik-baik manusia, wahai anak sebaik-baik manusia.”

Maka ibu Umar berkata: “Aku bukan sebaik-baik manusia dan bukan anak sebaik-baik manusia tetapi aku seorang hamba Allah (SWT) SWT daripada hamba-hamba Allah (SWT) SWT, aku berharap kepada Allah (SWT) SWT dan aku takut kepada Allah (SWT) SWT. Demi Allah (SWT) SWT jika kamu tidak mahu berhenti mengatakan yang demikian itu kepada seorang lelaki maka engkau sesungguhnya telah membinasakan dia.”

Iman menjadi penyatu dua hati, jika iman berbicara sikap ditunjukkan seseorang kepada saudaranya benar-benar bersih daripada kepentingan dunia. Dia berdiri sebagai pendamping yang jujur dalam menyatakan pandangannya, tidak ada apa yang ditutupi, yang pahit sama ditelan yang manis sama dirasa.

Dialah penasihat paling ikhlas demi kebaikan saudaranya, dia mewarnai pemikiran dan perasaan, pandangan dan sikap saudaranya dengan nilai agama yang membawa suasana harmoni di antara dua hati. Matlamat mereka bertemu dan bersahabat ialah kerana Allah (SWT) SWT, agenda mereka rancang bersama ialah demi cita-cita akhirat. Tidak sesekali mereka biarkan dunia menghancurkan persahabatan itu.

Rasulullah SAW bersabda mengenai keperibadian sahabat sejati yang bermaksud:

“Mahukah kamu aku beritahukan mengenai orang baik di kalangan kamu? Para sahabat menjawab: Ya Wahai Rasulullah. Baginda SAW bersabda: Apabila kamu memandang kepada mereka, kamu teringat kepada Allah (SWT). Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi, bermaksud: “Mahukah kamu aku beritahukan orang yang jahat di kalangan kamu? Mereka ialah orang yang suka melaga-lagakan antara dua orang, yang suka merosakkan hubungan kasih sayang antara mereka yang berkasih sayang dan suka mencari aib cela orang yang baik-baik.” (Hadis riwayat Imam Ahmad)

Jika kita memandang ke wajah seseorang diberkati Allah (SWT) SWT, seolah-olah memancar cahaya keimanan yang menembusi hati kita, aura iman itu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita kepada kelemahan diri.

Tetapi kadang-kadang kita menemukan seseorang yang membawa aura jahat daripada kalbunya sehingga pantulannya mempengaruhi pemikiran, sikap dan matlamat kita. Bukan senang menemukan seseorang yang benar-benar ikhlas mahu bersahabat kerana Allah (SWT) SWT, mungkin disebabkan diri kita sendiri belum lagi baik maka susah sungguh untuk menemukan lelaki yang benar-benar baik dijadikan sahabat sejati.

- Penulis ialah pendakwah dari Sarawak dan boleh dihubungi melalui juanda@kutpm.edu.my

DOA UNTUK SAHABATKU...


Ya Allah
panjangkanlah umur sahabatku
Kurniakanlah kesihatan yang baik padanya,
terangi hatinya dengan nur pancaran iman.
Tetapkanlah hatinya,perluaskanlahrezekinya,
dekatknlah hatinya kepada kebaikan,
jauhkanlah hatinya pada kejahatan,
tunaikanlah hajatnya baik hajat dalam agama,
dunia dan akhirat.

Ya Muhaimin
jika dia jatuh hati
izinkanlah dia menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut padaMu
agar tidak terjatuh dia dalam jurang cinta nafsu
Jagalah hatinya agar tidak berpaling
daripada melabuhkan hatinya pada hatiMu.
jika dia rindu,rindukanlah dia
pada seseorang yang merindui syahid di jalanMu

Ya Allah
Jangan biarkan sahabatku tertatih dan terjatuh
dalam perjalanan panjang menyeru manusia kejalanMu
jika kau halalkan aku merindui sahabatku,
janganlah aku melampaui batas
sehingga melupakan daku pada
cinta hakiki,rindu abadi dan kasih sejati hanya untukMu

Ya Allah...
kurniakanlah sahabatku kesenangan,ketenangan,kecemerlangan hidup di dunia akhirat kelak..

AMIN

Wednesday, September 17, 2008

Beberapa Karya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi... 106 karya...SubhanAllah




Syaikh Yusuf Al-Qaradawi telah menulis berbagai kitab dalam pelbagai bidang keilmuan Islam terutama dalam bidang sosial, dakwah dan pengajian Islam. Kitab-kitab beliau sangat diminati oleh umat Islam seluruh dunia. Bahkan Kitab-kitab tersebut telah diulang cetak berpuluh-puluh kali dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Di samping itu, kitab-kitab tersebut dapat menjelaskan wawasan perjuangan dan pemikiran al-Imam al-Qaradawi Hafizhahullah secara lebih terperinci,

Informasi terakhir (awal September 2007) beliau sedang sakit dan sedang merampungkan kitab terbarunya yang berjudul Fiqh Jihad. Semoga Allah memberikan kesembuhan dan kesehatan dikuatkan dalam berdakwah,tetap bersabar dalam menghadapi hujatan, cacian , bahkan fitnah yang menimpa beliau, serta Allah maafkan dan ampuni segala kesalahan dan kekhilafan beliau, Aamiin Yaa Rabbal alamin,

Berikut adalah karya beliau:

1. Fiqh dan Usul Fiqh

Sebagai seorang ahli fiqh, beliau telah menulis beberapa buah kitab yang terkenal seperti berikut :
1. Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, (Halal dan Haram dalam Islam), al-Maktab al-Islami, Beirut, 1980.
2. Fatawa Mu’asarah, 2 jilid ( Fatwa-Fatwa Semasa), Dar al-Wafa’, Kaherah., 1993
3. Al-Ijtihad fi al-Shari’at al-Islamiah, (Ijtihad dalam syariat Islam), Dar al-Qalam, Kuwait,1996
4. Madkhal li Dirasat al-Shari’at al-Islamiah, (Pengenalan Pengajian syariat Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1997
5. Min Fiqh al-Dawlah al-Islamiah, (Fiqh Kenegaraan), Dar al-Shuruq, Kaherah,1997
6. Nahw Fiqh Taysir, ( Ke arah fiqh yang Mudah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999
7. Al-Fatwa bayn al-Indibat wa al-Tasayyub, (Fatwa-fatwa antara Kejituan dan Pencerobohan), Dar al-Sahwah,Kaherah,1992
8. Al-Fiqh al-Islami bayn al-Asalah wa al-Tajdid, (Fikah Islam antara ketulenan dan Pembaharuan), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999
9. Awamil al-Sa’ah wa al-Murunah fi al-Syari’ah al-Islamiah (Faktor-Faktor kelenturan dalam syariah Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999
10. Al-Ijtihad al-Mu’asir bayn al-Indibat wa al-Infirat, (Ijtihad Semasa antara kejituan dan kecuaian), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Kaherah,1994
11. Fiqh al-Siyam, ( Hukum Tentang Puasa), Dar al-Wafa’, Kaherah,1991
12. Fiqh al-Taharah, (Hukunm Tentang Kebersihan), Maktabah Wahbah, Kaherah,2002
13. Fiqh al-Ghina’ wa al-Musiqa (Hukum Tentang Nyayian dan Muzik ), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001
14. Fi Fiqh al-Aqaliyyat al-Muslimah, ( Fiqh minoriti Muslim) Dar l-Shuruq, Kaherah, 2001

2. Ekonomi Islam

15. Fiqh al-Zakat 2 Juzuk (Fikah Tentang Zakat), Muasassah al-Risalah, Beirut,
16. Mushkilat al-Faqr wa kayfa Alajaha al-Islam, (Masalah kefakiran dan bagaimana Islam mengatasinya),Maktabah Wahbah, Kaherah, 1980
17. Bay’u al-Murabahah li al-Amri bi al-Shira; ( Sistem jual beli al-Murabah), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1987
18. Fawa’id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram, ( Faedah bank itulah yang diharamkan), Dar al-Wafa’, Kaherah,1990
19. Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami, ( Peranan nilai dan akhlak dalam ekonomi Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1998
20. Dur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah, (Peranan zakat dalam Mengatasi Masalah ekonomi), Dar al-Shuruq, kaherah,2001

3. Pengetahuan tentang al-Quran dan al-Sunnah.

Al-imam juga melalukan kajian mengenai al-Quran dan al-Sunnah terutama dalam memahami metodologi, car berimteraksi dan membetulkan kefahaman mengenai al-Quran dan al-Sunnah. Dalam bidang ini beliau telah menulis :

21. Al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran, ( Akal dan Ilmu dalam al-Quran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996
22. Al-Sabru fi al-Quran, (Sabar dalam al-Quran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1989
23. Tafsir Surah al-Ra’d, (Tafsir surah Ra’d), Dar al-Bashir, Kaherah,1996,
24. Kayfa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah, (Bagaimana berinteraksi dengan sunnah), Dar al-Shuruq, Kaherah, 2000
25. Madkhal li Dirasat al-Sunnah, (Pengantar mempelajari sunnah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1992
26. Kayfa Nata’amal ma’a al-Quran, ( Bagaimana berinteraksi dengan al-Quran), Dar al-Shuruq, Kaherah,1999
27. Al-Muntaqa min al-Taghib wa al-Tarhib ( hadith-hadith terpilih mengeni berit gembira dn peringatan), Dar al-Wafa, Kaherah, 1993
28. Al-Sunnah Masdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadarah, (Sunnah sebagai sumber pengetahuan dan tamadun), Dar al-Shuruq, Kaherah,1997

4. Akidah Islam

Mengenai persoalan tauhid, al-Imam al-Qaradawi telah menulis beberapa buah buku :

29. Wujud Allah, (Adanya Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1990
30. Haqiqat al-Tawhid, (Hakikat Tauhid), Maktabah Wahbah, Kaherah,19
31. Mawqif al-Islam min al-Ilham wa al-Ksh wa al-Ru’a wa Min al-Kananah w al-Tarna’im wa al-Ruqa. ( Posisi Islam mengenai Ilham, kasyaf, mimpi, ramalan, pencegah kemalangan dan jampi), Maktabah Wahbah, Kaherah,1994
32. Iman bi Qadr, (Keimanan kepada Qadar), Maktabah Wahbah, Kaherah,

5. Dakwah dan Pendidikan

Al-Imam al-Qaradawi juga merupakan seorang juru dakwah yang penuh semangat. Dalam bidang ini beliau telah menulis buku-buku terkenal :

33. Thaqafat al-Da’iyyah, (Wawssan Seorang juru dakwah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1991
34. Al-Tarbiah al-Islamiah wa Madrasah Hassan al-Banna,, ( Pendidikan Islam dan ajaran Hassan al-Banna), Maktabah Wahbah, Kaherah,1992
35. Al-Rasul wa al-Ilmi, ( Rasul dan Ilmu), Muasassah al-Risalah, Beirut, 1991
36. Al-Waqt fi Hayat al-Muslim (Waktu dalam kehidupan seorang Muslim), Dar al-Sahwah, Kaherah, 1991
37. Risalat al-Azhar bayn al-Ams al-Yawmi wa al-Ghad, ( Risalah al-Azhar antara semalm, hari ini dan besok), Maktabah Wahbah, Kaherah,1984
38. Al-Ikhwan al-Muslimun sab’in Amman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyyah, (Ikhwan al-Muslimun selama 70 tahun dalam dakwah dan Pendidikan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999

6. Kepastian mengatasi Masalah dengan cara Islam

Menurut pandangan al-Imam al-Qaradawi, Islam adalah suatu kepastian yang wajib diikuti untuk mengatasi semua masalah yang kita hadapi. Tidak ada suatu sistem yang dapat mengatasi persoalan umat keculi Islam. Malah apa-apa sistem selain Islam hanya akan menambahkan luka parah yang sudah di alami umat. Mengenai masalah ini beliau telah menulis :

39. Al-Hulul al-Mustwaradah wa Kayfa janat ‘ala Ummaatina, (Penyelesaian Import : bagaimana ia Menghentam Umat kita), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993
40. Al-Hall al-Islami faridatan wa daruratan (Mengatasi masalah dengan cara Islam adalah suatu kewajipan dan kepastian), Maktabah Wahbah, Kaherah,1987
41. .Bayinat al-hall al-Islami wa Syubuhat al-Ilmaniyyin wa al-Mustaqhribin, (Penjelasan mengatasi masalah dengan cara Islam dan tuduhan orang Barat dan pengnut sekular), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1988
42. ‘Ada’ al-hall al-Islami, (Musuh-musuh dalam penyelesaian cara Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000

7. Tokoh Islam

Al-Imam al-Qaradawi jug menulis beberapa buah buku tentang sejarah hidup para tokoh :

43. Al-Imam al-Ghazali bayn Madihi wa Naqidihi, ( Imam al-Ghazali antara para pemuja dan pengkritiknya). Dar al-Wafa’, Kaherah,1988
44. Al-Shaykh al-Ghazali Kama Araftuhu Khilala Nisf al-Qarn (Syeikh al-Ghazali seperti yang saya kenal selama setengah abad), Dar al-Wafa’, Kaherah,1995
45. Nisa Mu’minat, (Para Wanita Beriman), Maktabah Wahbah, Kaherah,1979
46. Abu Hasan al-Nadwi Kama ‘Araftuh, , (Abu Hassan al-Nadwi seperti yang saya kenal) Dar al-Fikr, Beirut, 2001
47. Fi Wada’ al-‘A’lam (Memperingati Pemergian Tokoh-Tokoh), Dar al-fikr, Beirut, 2003

8. Dalam bidang Akhlak berdasarkan al-quran dan al-sunnah

48. Al-Hayat al-Rabbaniah wa al-‘Ilm, (Kehidupan Rabbani dan Ilmu), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995.
49. Al-Niyat wa al-Ikhlas (Niat dan Keikhlasan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1995
50. Al-Tawakkal (Bertawakal kepada Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995
51. Al-Tawbah ila Allah ( Taubat kepada Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000

9. Kebangkitan Islam

Kebangkitan Islam yng sedang rancak dan merebak ke seluruh duni kebelangkangn ini jug menjadi perhatian al-Imam al-Qaradawi. Beliau adalah seorang tokoh aktivis yang sering memberikan gagasn-gagasn yng meluruskan hala-tuju gerakan kebangkitan Islam pada jalan tengah dn mencakupi hampir semua permasalahan umat. Tulisan beliau dalam persoalan ini menyeluruh, mendlm dan bersesuaian dengan realiti semasa. Al-imam Al-Qaradawi dalam masalah ini telah menulis beberapa buah buku yang terkenal :

52. Al-Sahwah al-Islamiah Bayn al-Juhud wa al-Tatarruf ( Kebangkitan Islm antara penolakn dn sikap ekstrim), Dar al-Wafa’, Kaherah, 1992
53. Al-Sahwah al-Islamiah bayn al-Ikhtilaf al-Mashru’ wa al-Tafaruq al-Madzmum, ( Kebangkitan Islam antara perbezaan pendapat yang dibolehkan dan perpecahn yang tercela), Dar al-Wafa’, Kaherah, 1991
54. Al-Sahwah al-Islamiah wa Humum al-Watan al-Arabi ( Kebangkitan Islam dan keresahan negara-negara Arab), Dar al-Sahwah, Kaherah,1993
55. Min Ajli Sahwah rashidah Tujaddid al-Din wa Tanhad bi Dunya (Untuk mencapai kebangkitan yng sedar, yang membaharui agama dan membaiki dunia),Dar al-Wafa’, Kaherah, 1995
56. Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Marhalah al-Qadimah (Keutamaan gerakan Islam pada masa depan), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001
57. Fi Fiqh al-Awlawiyyat ( Fikah Memahami keutamaan-keutamaan), Maktabnah Wahbah, Kaherah,2000
58. Al-Islam wa al-Ilmaniyyah wajhan li wajhin ( Islam dn sekularisme secara berdepan), Maktabah Wahbah, kaherah,1997
59. Ayna al-Khalal? (Di manakah kesalahannya?), Dar al-Sahwah, Kaherah, 1985
60. Al-Syariat al-Islamiah Solihah li tatbiq fi Kulli Zaman wa makan ( Syariat Islam sesuai dilaksana setiap masa dan tempat), Dar al-Sahwah, Kaherah,1993
61. Al-Ummah al-Islamiyyah haqiqatun la wahm ( Umat Islam adalah suatu hakikat dan bukan khyalan), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995
62. Al-Thaqafah al-Islamiyyah bayn al-Asalah wa al-Mu’asarah ( Pengetahuan Islam antara ketulenan dn pembaharuan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1994
63. Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islam (Orang Bukan Islam dalam masyrakat Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1992
64. Al-Muslimun wa al-Aulamah, ( Kaum Muslim dan globalisasi), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Kaherah, 2000
65. Al-Islam wa Hadarah al-ghad (Islam Tamadun Masa Depan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1995
66. Al-Tataruf al-Ilmani fi Muwajahat al-Islam, ( Ektremis Sekular dalam Menghadapi Islam), Andalusiah li Nashr,Kaherah, 2000
67. Al-Sahwah al-Islamiah min al-Murahaqah ila al-Rusyd, (Kebangkitan Islam dari transisi kepada panduan), Dar al-Shuruq, Kaherah,2002

10. Penyatuan fikrah bagi Petugas Islam

Al-Imam al-Qaradawi jug menulis buku mengenai asas –asas yng diperlukan bagi petugas Islam dengn mengambil kira sas pendidka yang telah ditetapkn oleh Hassan al-banna. Antaranya ialah :

68. Syumul al-Islam (Kesempurnaan Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1991
69. Al-Marji’yyat al-Ulya fi al-Islam al-Quran wa al-Sunnah ( Sumber rujukan tertinggi dalam Islam ialah al-Quran dan al-Sunnah),Muasassah al-Risalah, Beirut,1993
70. al-Siyasah al-Syar’iyyah fi daw’ nusus al-Shari’at wa Maqasiduha (siyasah syar’iyyah menurut syariat dan matlamatnya), Maktabah Wahbah, Kaherah,
71. Kayfa Nata’amal Ma’a al-Turath (Bagaimana Berinteraksi dengan Buku-buku klasik), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001
72. Nahw Fiqh Muyassar mu’asirah, Maktabah Wahbah, Kaherah,1999

11. Kefahaman Islam

Al-Imam al-Qaradawi juga menulis tentang kefahaman Islam dengan pendekatn yang mudah dn jells. Antaranya ialah :

73. Al-Iman wa al-Hayat (Iman dan Kehidupan), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1990
74. Al-Ibadat fi al-Islam (Ibadat dalam Islam), Maktabah Wahbah,Kaherah,1985
75. Al-Khasas’is al-Ammah li al-Islam (Keistimewaan Agama Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1989
76. Madkhal li Ma’rifah al-Islam, (Pengantar Mengenali agama Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996
77. Al-Nass wa al-Haq ( Manusia dan Kebenaran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993
78. Jil al-Nasr al-Mansyud ( Generasi Kemenangan yang dinantikan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1998
79. Durus al-Nakbah al-Thaniah (Pengajaran mengenai musibah kedua), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993
80. Khatab al-Shaykh al-Qaradawi 5 jilid (Khutbah Syeikh al-Qaradawi),Maktabah Wahbah, Kaherah, 1997
81. Liqaat wa Muhwarat hawla Qadaya al-Islam wa al-‘Asr (Perbincangan tentang permasalahan Islam dan semasa), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001
82. Qadaya Mua’sarah ala basat al-Bahth (Kajian mengenai permasalan semasa)
83. Ri’ayah al-bai’ah fi Syari’at al-Islam ( Memelihara alam Sekitar Menurut Syariat Islam), Dar al-Shuruq, Kaherah,2001

12. Bidang Kesussateran dan syair

84. Nafahat wa Lafahat (Syair), Dar al-Wafa’, Kaherah.
85. al-Muslimun Qadimun ( Orang Muslim Maju) (Syair), Dar al-Wafa’, Kaherah,
86. Yusuf al-Sadiq, (Nabi Allah Yusuf) (Drama), Maktabah Wahbah, Kaherah,
87. Alim wa Taghiyyat , (Golongan Ulamak dan Golongan Pelampau)( Drama),Maktabah Wahbah, 1998

13. Risalah Kecil Mengenai Kebangkitan Islam

88. Al-Din fi ‘Asr al-‘Ilm ( Agama dalam dunia Ilmu Pengetahuan). Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995
89. Al-Islam wa al-Fann (Islam dan Kesenian), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996
90. Al-Niqab al-Mar’ah ( Pemakaian tudung bagi wanita), Maktabah Wahbah Kaherah, 1996
91. Markaz al-Mar’ah fi al-Hayat al-Islamiah ( Kedudukan wanita dalam kehidupan Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996
92. Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah (Fatwa-fatwa tentang wanita Muslimah, Maktabah Wahbah, Kaherah,1996
93. Jarimah al-riddah (Jenayah Murtad), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996
94. Al-Aqaliiyyat al-Diniyyat wa hulli al-Islami ( Minoriti agama dan Penyelesaian Islam, Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996
95. Al-Mubasyirat bintisar al-Islamiah ( Berita Kemenangan Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996
96. Mustaqbal Usuliyyah al-Islamiah ( Masa Depan golongan fanatik Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1997
97. Al-Quds Qadiyah likulli al-Muslim ( Quddus tanggungjawab setiap muslim), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1998
98. Hajat al-Basyariah ila al-Risalah al-Hadariah li Ummatina ( Kepeluan Manusia kepada risalah ketamdunan kita), Maktabah Wahbah, Kaherah, Kaherah, 2000
99. Fatawa min ajli Palastin, (Fatwa-fatwa tentang Palestin), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2003
100. Zahirah al-Ghulu fi Takfir ( Fanatik dalam Mengkafir), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1990

Kumpulan Ceramah-Ceramah Yusuf al-Qaradawi

101. al-Sunnah wa al-Bid’ah, (Sunnah dan Bidah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999
102. Zawaj al-Maysar, haqiqat wa Hukm, (Perkahwinan Maysar hakikat dan hokum), Maktabah Wahbah, 1999
100.Dawabit al-Shar’iyyah libina’ al-Masajid, (prinsip syariat dalam Membina masjid), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999
101.Mawqif al-Islam al-Aqdi min kufr al-Yahudi wa al-Nasara, (Pendirian islam terhadp perjanjian dengan Yahudi dan Nasr), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999
102.Al-Juwaini Imam al-Haramain, ( Juwaini Imam Haramain), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000
103.Al-Istishaq wa al-Tubna fi Shari’at al-Islamiah, ( Penamaan dalam Syari’at Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,
104.Umar ibn Abdul Aziz, (Umar bin Abdul Aziz), Maktabah Wahbah, 2001
105.Likay Tanjaha Muasassah al-Zakat, (Semoga Institusi zakat Berjaya),Muasassah al-Risalah, Beirut,1994,
.
.
.
.
.

Sekarang beliau sedang menyelesaikan kitab: Fiqh Jihad.

……. Para wartawan yang menemuinya pun bertanya jawab dengan Qaradhawi. Antara lain, menanyakan, apakah sakit yang dialami Qaradhawi mempunyai efek pada perampungan kitab “Fiqih Jihad” sedang ditulisnya? Menjawab pertanyaan ini, Qaradhawi mengatakan dirinya memang tidak mungkin melakukan proses editing kitab itu, saat ini. Setidaknya, selama berada di Kairo sampai tanggal 9 September mendatang, buku itu belum bisa dilanjutkan proses penulisannya……


http://www.eramuslim.com/berita/int/7904171651-dr.-yusuf-qaradhawi-tiba-mesir-dengan-pesawat-khusus-aljazair.htm




Tuesday, September 16, 2008

Di mana Iman???



Iman yang Turun Naik

“Biasalah iman manusia ni turun naik. Hari ini semangatnya berkobar-kobar dan berapi hingga mampu membakar dan menerangi kegelapan malam dengan segala jenis ibadah-ibadah sunat, membaca dan mentaddaburi Kalamullah serta macam-macam lagi. Tapi entah esok lusa, semangatnya beku dan kaku.”

Benarkah iman manusia turun naik? Wujudkan fenomena iman yang turun naik seolah-olah turun dan naiknya pasaran Bursa Malaysia? Kerapkali keadaan ini melanda kita. Hari ini semangat kita berkobar-kobar ingin lakukan semuanya. Dari yang wajib hinggalah yang sunat sedaya upaya di lakukan. Entah esok pula, semangat kita hilang di hembus angin kenikmatan duniawi.

Firman Allah SWT,

Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya (43:36)

Allah jadikan syaitan bagi orang-orang yang berpaling dari Al Quran sebagai rakan mereka. Rakan yang menyesatkan dan membawa kepada sesuatu yang di murkai Nya.

Kita takkan pernah sedar bilakah waktu bermulanya persahabatan kita dengan syaitan laknatullah, takkan pernah ketahui bilakah tika dan saatnya bibit permulaan perhubungan kita dengan iblis menjadi semakin rapat dan akhirnya menjadi rakan karib kita. Setia bersama di mana sahaja kita berada. Memberikan pandangan dan panduan kepada kita dalam berbagai-bagai perkara. Panduan dan pandangan yang membawa kita terus kepada kemurkaan Allah.

Tanpa kita sedar kita kerapkali bergantung kepadanya dalam setiap perkara. Dan tidak lagi bermohon kepada Allah. Kerna pada ketika itu kita telah serahkan setiap kelumit rasa percaya kita kepada Iblis laknatullah. Terima semuanya tanpa banyak berdolak-dalih. Sami’na wa ata’na. Kita dengar dan taat kepada sahabat baru kita ini.

Kita terus ternanti-nanti agar iman kita naik dan berkobar-kobar semula. Tetapi kita telah termakan tipu daya syaitan. Yang sejak dari awal tercari-cari ruang untuk memperdaya anak Adam. Tidak pernah berputus asa mencari ruang untuk menyesatkan. Dan syaitan tersenyum lebar bila dia mula menjadi rakan karib manusia.

Tidak cukup menjadi rakan karib, syaitan ingin lebih dari itu. Syaitan mahu banyak lagi. Syaitan tidak hanya mahu dituruti setiap tutur katanya. Syaitan ingin katanya menjadi arahan yang perlu di turuti. Maka pada satu saat ketika dimana kita lalai ternanti-nanti peningkatan iman semula, syaitan mula melebarkan sayapnya. Dari sahabat bertukar menjadi pemimpin.

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan

sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (7:43)

Pada saat syaitan menjadi pemimpin, hati kita menjadi beku. Sejuk dan kaku. Otak tidak mampu berfikir secara waras. Kewajipan kepada Allah mula kita lalaikan. Lalai tanpa kita sedari. Hidup bagai tiada hala tuju. Padahal arahnya telah tertulis sekian lama dahulu, untuk menghambakan diri kepada Khaliq.

Kadang-kadang kita sedar, kadang kala kita tahu apa yang kita inginkan. Apabila semangat kita berkobar-kobar dan iman menebal di dada bermacam-macam azam yang terpasang dalam diri. Setiap hari seandainya mampu, kita mahu diri kita yang pertama berada di masjid menunggu untuk menunaikan solat dari satu waktu ke waktu berikutnya. Seandainya kita mampu kita mahu jadi insan yang sentiasa khusyuk dalam solat, tidak pernah lalai walau sesaat, ingin jadi insan yang sentiasa berzikir dan dan berdoa kepadaNya.

Tapi benarkah kita mampu lakukan semua ini? Saat azan mula berkumandang, saat kaki mula bergerak ke saf dalam jemaah, saat takbir mula di lafaz, kita mula berubah. Berbagai persoalan mula menerjah ke dalam fikiran. Hal dunia yang tidak pernah habis.

Usai solat kita mula terfikir itu dan ini. Kemanakah hilangnya khusyuk dalam solat yang di azamkan? Mengapa sukar untuk kita ketepikan hal duniawi yang sentiasa menghalang-halangi jalan menuju redha pencipta? Bilamana kita ketemui penyebab kepada semua ini, kita tidak mampu pula untuk menelan penawarnya. Kerana hati kita telah di kelirukan oleh akal yang di cemari kata-kata syaitan yang dahulunya menjadi sahabat kita tetapi kini bertukar meninggikan lagi tarafnya menjadi pemimpin kita.

ƒ

Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah)

dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (6:43)

Manusia Antara Langit dan Bumi

Tahukah kita tentang satu kedudukan manusia yang nyata? Manusia kedudukannya sentiasa berada di antara langit dan bumi. Berterusan dalam keadaan sedemikian rupa. Kadangkala tertarik lebih ke bumi, dan kadangkala terangkat ke langit.

Kedudukan manusia yang sentiasa berada antara langit dan bumi di simpulkan kerana manusia terdiri dari dua bahagian. Bahagian pertamanya adalah jasad dan bahagian keduanya adalah ruh. Jasad manusia asal kejadiannya adalah dari tanah, yang secara terangnya berasal dari bumi.

Œ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”.

Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”.

Jasad adalah unsur yang sentiasa menarik manusia ke bumi manakala ruh adalah unsur yang membawa manusia ke langit. Semakin manusia di bawa oleh jasad, semakin ia tertarik ke bumi dan menjauh dari langit sehingga pada satu ketika hubungan manusia dengan Allah SWT akan terputus.

Begitula juga sebaliknya, setiapkali ruh dan hati manusia lepas dari ikatan-ikatan dunia maka ia akan naik ke langit sehingga hubungan dengan penciptanya semakin kuat mencapai derajat penisbatan kepadanya. Oleh kerana itu kita hanya mempunyai dua pilihan, samada menisbatkan diri kepada langit atau bumi.

Memang benar kadangkala hati kita kerapkali tertarik ke bumi dan perhiasannya. Dan dalam masa yang sama juga hati kita tertarik ke langit. Namun harus kita ingat bahawa apabila hati ini kerapkali tertarik kepada bumi dan perhiasannya maka hubungan hati dengan Allah akan menjadi lemah. Lemah kerana hati ini lebih tertumpu kepada hal-hal duniawi.

Hati mengandungi pelbagai perasaan. Perasaan sayang, cinta, benci, bahagia, sedih dan lain-lain lagi. Hati menjadi anggota utama dalam membuat sebarang keputusan manakala anggota lain mengikut segala perintah yang terbit dari hati.

Nu’man bin Basyir meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda,

Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal darah. Jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rosak maka rosaklah seluruh tubuh. Ingatlah

sesungguhnya ia adalah hati.

(HR Bukhari dan Muslim)

Tentera hati adalah akal. Akal seharusnya mampu menapis segenap ancaman-ancaman dunia yang cuba menyerang hati. Akal yang bersih juga mempengaruhi hati dan pemikiran manusia. Oleh kerana itu akal perlu sentiasa di latih dan di penuhkan dengan ilmu pengetahuan yang mampu menepis semua ancaman dari musuh. Musuh hati adalah nafs, nafs mencakupi syahwat dan hawa nafsu kita. Ia adalah musuh utama yang harus di hapuskan oleh akal manusia.

Allah menciptkan nafs untuk menguji sejauh mana hambanya mampu menepis godaan dunia. Sejauh mana hambanya mampu mengawal nafs dan menumpukan sepenuh usaha dan kesungguhan untuk menghambakan diri kepadaNya. Oleh kerana itu kita seharunya mentaatiNya sekalipun ia bertentangan dengan nafs kita. Jika manusia membela tuhannya maka dia menjadi hambaNya dan jika manusia membela nafs maka dia akan menjadi hambanya.

Segala keputusan yang di buat dan keluar dari hati harus menunjukkan pembelaan kepada iman kerana setiap kali keputusan cuba di buat pasti ada peperangan antara iman dan nafsu. Peperangan akan terhenti bila ada kemenangan dari salah satunya. Sekiranya iman menang maka seluruh anggota akan tunduk kepadanya manakala jika sebaliknya yang menang dalam pertempuran maka seluruh jasad dan ruh manusia akan tunduk kepadanya.

Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah SAW,

Tidaklah seseorang berzina sedangkan

saat itu dia beriman, tidaklah seseorang mencuri sedangkan saat itu dia beriman, tidaklah seseorang meminum khmar sedagkan saat itu dia beriman, dan tidaklah seseorang itu membunuh sedangkan saat itu dia beriman.

(HR Bukhari dan Ahmad)

robbanic generation

88999 kota kinabalu

sabah

http://zikrulmaut.wordpress.com/

http://halaqahbyu.multiply.com/

~...Wahai srikandiku! Uzur bukan penghalang ibadah ...~


Assalamualaikum WBT.

Seorang saudari se Islam memberi komen di dalam blog ini. Katanya beruntunglah para lelaki yang dapat beribadah di sepanjang malam di bulan Ramadhan ini. Masakan tidak, si lelaki tidak mempunyai uzur yg mengharamkan mereka daripada beribadah, bersolat membaca al-Quran dan lain-lain. Sedang kan bagi si wanita, datang sahaja haidh, maka berehatlah mereka daripada beribadah.

Dari satu segi ia menampakkan satu kecintaan untuk mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi dari satu segi ia seolah menunjukkan ada sedikit kerapuhan di dalam aqidah. Seolah-olah wujud keraguan kepada keadilan Allah.

Dari mana puncanya? Aku melihat bahawa ini berlaku apabila skop ibadah disempitkan. Skop mendekatkan diri kepada Allah dibataskan kepada solat sahaja.

Wahai saudari-saudari muslimahku,

Cubalah kalian nilaikan berapa banyakkah ibadah-ibadah yang kalian boleh lakukan ketika haidh tetapi kalian masih tidak melakukannya. Bukaklah Hisnul Muslim, lihatlah doa-doa dan dzikir-dzikir yang Nabi Muhammad SAW amalkan, nilailah, cerminlah diri kita sudahkah kita amal semua dzikir-dzikir yang ada di dalamnya. Jika masih belum puas, periksalah pula kitab al-Adzkar oleh Imam an-Nawawi. Lihat berapa banyak zikir-zikir dan doa-doa yang kalian belum amalkan. Jadi tiada alasan untuk kalian wahai-wahai srikandi tercinta untuk berkata bahawa apabila haidh maka kami kurang beribadah berbanding lelaki.

Wahai saudari-saudari seaqidahku,

Dalam bab membaca dan menyentuh al-Quran. Ulama-ulama umat masih berbeza pendapat tentang pengharamannya. Seandainya saudari berpegang kepada pendapat mengharamkannya, masih banyak ibadah yang saudari boleh lakukan bahkan tak akan habis untuk saudari lakukan di satu malam. Wahai srikandiku, Apabila kalian uzur, bukan alasan untuk kalian menghabiskan masa menonton televisyen tatkala si suami sedang bersolat. Bukanlah ia menjadi alasan untuk saudari menghabiskan hari siang dan malammu dengan tidur dan membiarkan si suami bersolat malam sendirian Bukan juga ia menjadi alasan untuk kalian membiarkan anak-anak terkapai-kapai mempelajari al-Quran sendirian.

Wahai srikandiku,

Cuba kalian kira, berapa minitkah bagi setiap solat yang kalian lakukan apabila kalian berada di dalam keadaan suci. Andai kata 5 minit. Kenapa tidak kalian gunakan 5 minit itu untuk membaca doa-doa dan zikir-zikir yang Rasulullah SAW amalkan. Jika kalian solat malam selama 1 jam di bulan Ramadhan ketika kalian suci. Kenapa tidak kalian gunakan sejam itu dikala kalian uzur untuk kalian membanyakkan istighfar, memohon keampunan daripada Tuhan. Biarkanlah air mata kalian keluar pada malam itu. Biarkan ia menjadi saksi ketundukan kalian kepada Allah yang Maha Pengampun.

Wahai saudariku,

Jika kalian tidak berpuasa, gunakanlah kelebihan kekuatan yang ada pada hari itu untuk membantu kawan-kawan kalian yang berpuasa. Saudari boleh sediakan hidangan berbuka untuk mereka dan membiarkan mereka berehat. Saudari juga boleh membantu mereka melakukan kerja-kerja rumah, dan mengurangkan kerja-kerja mereka. Bukankah ini semua ibadah wahai srikandiku.

Wahai saudariku,

Jika saudari berpegang kepada ulama yang menyatakan haram wanita uzur memasuki masjid, masjid banyak ibadah yang boleh saudari lakukan dirumah. Jika saudari berpegang kepada pendapat membenarkan saudari yang uzur ke masjid, banyak juga yang saudari boleh lakukan di masjid walaupun tidak bersolat. Saudari boleh membantu menjaga kanak-kanak kecil yang sedang bermain tatkala ibu bapa mereka bersolat. Saudari boleh bacakan kepada mereka kisah-kisah nabi, saudari boleh mengajar mereka membaca Alif, Ba, Ta. Saudari boleh menenangkan mereka tatkala mereka menangis menanti si ibu yang sedang bersolat. Bukankah ini semua ibadah wahai srikandiku.

Ya ukhti,

Sungguh luas jalan ke syurga yang Allah bentangkan untuk saudari. Janganlah saudari sempitkan jalan yang luas itu. Mahukah saudari menempun jalan mudah ke syurga? Bukankah jalan ke syurga dimudahkan untuk mereka yang menuntut ilmu. Saudari boleh gunakan masa yang biasa saudari lakukan untuk solat dengan membaca buku-buku agama. Saya nasihatkan saudari untuk memulakan dengan bahan bacaan asas agama. Saudari mulakanlah dengan membaca buku-buku berkaitan akidah. Pilihlah buku yang mudah. Saudari boleh membaca Kitab at-Tauhid karangan Shaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sangat ringkas buku ini dan mudah untuk saudari fahami. Saudari juga boleh membaca buku saudara Hafiz Firdaus Abdullah tentang contoh-contoh hal yang boleh merosakkan akidah. Selepas itu saudari hendaklah membaca buku tentang bersuci. Buku kecil Sifat Wudhu Rasulullah amatlah berguna buat saudari. Selepas itu bacalah buku Sifat Solat Nabi untuk saudari memperbaiki mutu solat saudari. Saudari juga tidak boleh melupakan hokum-hakam khas untuk gadis atau wanita seperti saudari. Bacalah buku-buku berkaitan hokum hakam haidh, istihadah dan lain-lain. Saudara boleh membaca buku karangan Shaikh Shalih al-Utsaimin berkaitan hal ini.

Wahai saudariku,

Saya kira jika mahu ditulis kesemua di sini akan hal-hal yang boleh dilakukan oleh wanita-wanita yang uzur, nescaya akan habislah dakwat pena, akan menjadi bermuka-muka tulisan ini. Dan saudari juga mungkin tidak akan mampu melaksanakan kesemuanya.

Ya ukhti,

Ingatlah Allah Maha Adil. Keuzuran pada wanita bukan penghalang mereka beribadah. Sematlah rasa cinta pada Tuhan, yakinlah pada keadilanNya, titiskanlah air mata memohon keampunanNya.

Wallahu’alam. Dari Saudara SeIslammu,

Abu Usamah Mohd Masri b Mohd Ramli

.:.sumber dipetik dari : http://al-ahkam.net .:.

Thursday, September 11, 2008

antara tujuan (UMMAH) dan keperluan (JEMAAH) - Merungkai Pemikiran Lapuk


Ketika saya pernah ditanyakan oleh salah seorang siswa, “Ustaz ni jemaah JIM ke?”. Saya segera membalas, “Tidak, saya ahli jemaah Muslimin”. Dia bertanya, “Jemaah baru ke tu?”. Saya katakan kepadanya, “Tidak, ia telah wujud semenjak zaman Rasulullah S.A.W lagi”. Beliau tidak berpuas hati, “Itu saya tahu, tapi kan ustaz ahli JIM”. Saya membalas sambil tersenyum, “Ya, saya ahli JIM, ahli Darul Fitrah, ahli Persatuan Ulama Malaysia, ahli Muslim Profesional Forum, ahli Pertubuhan al-Nidaa, rakan kepada ABIM, Ricoi, Hunafa, Accin, US, PAS, keADILan, UMNO dan macam-macam lagi “jemaah”.

Siswa tersebut menggaru kepalanya kebingungan, terus dia bertanya lagi, “Jadi ustaz tidak berpendirianlah…atas pagar lah ye?”. Soalannya kali ini benar-benar membuatkan saya tergelak besar. Saya sekali lagi mengatakan kepadanya, “Anda masih lagi hidup di zaman 70′an, 80′an dan 90′an…masih lagi di takuk pemikiran Jemaah Centric”

Jemaah Centric

Ya, sememangnya pemikiran jemaah centric yang mendominasi pemikiran pencinta dakwah dan juga pejuang gerakan Islam di Malaysia selama lebih tiga dekad lalu. Impaknya amat ketara, selain daripada kesan positif yang mendorong kepada banyak perubahan di Malaysia, pemikiran jemaah centric juga menimbulkan banyak kesan negatif. Perbalahan, perpecahan, pergeseran hati, malah di sesetengah tempat membawa kepada pergaduhan.

‘Jemaah ana lebih tua!’, ‘jemaah ana lebih tarbiah’, ‘jemaah ana lebih memperjuangkan sunnah’, ‘jemaah aku lebih agresif”, ‘jemaah saya lebih memperjuangkan khilafah’, ‘jemaah saya ada Imam Mahdi!’ . Itulah di antara slogan-slogan yang sering berkumandang selama lebih tiga dekad di Malaysia di kalangan ahli pelbagai pertubuhan Islam. Akhirnya masing-masing tenggelam di dalam menegakkan jemaah masing-masing yang dianggap lebih utama, lebih awla, lebih “asalah” (tulen), lebih hebat dan lebih segala-galanya daripada jemaah-jemaah yang lain. Kesimpulannya, jemaah centric adalah satu pola pemikiran yang lebih banyak membawa kepada perpecahan daripada penyatuan!


Lebih menyayat hati lagi ialah apabila para pendukung jemaah-jemaah yang berjuang demi nama jemaah masing-masing ini menggunakan dalil-dalil yang dipengaruhi oleh tafsiran nafsu mereka untuk menegakkan kebenaran “yang mereka dakwa”. Contohnya dalil-dalil yang menyeru supaya umat Islam bersatu ditafsirkan agar bersatu di bawah satu jemaah, iaitu jemaah yang mereka perjuangkan sahaja. Begitu juga hadis-hadis yang menyeru agar umat Islam melazimi jemaah (iaitu kaum Muslimin) sering ditafsirkan sebagai bersatu di bawah “jemaahnya” sahaja dan bukannya jemaah lain. Hadis yang menghalalkan darah golongan yang meninggalkan jemaah Muslimin (meninggalkan agama Islam) juga ditafsirkan oleh sesetengah golongan yang taasub jemaah sebagai dalil untuk menghalalkan darah mereka yang bukan dari jemaah mereka.
Tidak hairanlah di zaman 90′an, antara buku-buku “Haraki” yang timbul adalah berkaitan usaha menonjolkan “kebenaran” jemaah masing-masing. ‘Haram ta’adud jamaah’ (haram wujudnya lebih dari satu jemaah) dan ‘wajib hanya ada satu jemaah di bumi Malaysia’ menjadi slogan yang suci bagi sesetengah golongan seolah-olah menafikan kebaikan jemaah lain. Gejala takfir, menyesatkan, memulaukan dan juga memperkecil-kecilkan kumpulan lain juga menjadi satu “sunnah” sesetengah golongan pelampau pendukung pemikiran jemaah centric. Keadaan yang lebih parah dapat disaksikan di IPT yang menjadi gelanggang tarik menarik pelajar-pelajar baru oleh jemaah-jemaah ini. Di luar Timur Tengah keadaan semakin serius sehingga ada insiden tumbuk menumbuk dan juga pergaduhan demi mempertahankan jemaah masing-masing. Begitulah impak buruk pemikiran jemaah centric ini yang telah menjadi satu fitnah yang melanda umat Islam.


Kebangkitan Tahun 1998

Jika tidak kerana reformasi 1998, nescaya pemikiran jemaah centric akan terus kekal. Di sebalik kepahitan ada rahmat, itulah hikmah yang boleh diambil daripada peristiwa reformasi 1998. Kebanyakan pendukung jemaah centric telah mula bersatu dan boleh menerima kewujudan jemaah yang berbeza. Mereka mula sedar bahawa jemaah mereka sahaja tidak akan dapat membawa perubahan kepada masyarakat Malaysia. Antara impak yang paling ketara terhadap perubahan ini ialah terbentuknya “Barisan Alternatif” yang digagaskan oleh unsur-unsur jemaah centric. Sayangnya, selepas perubahan tersebut tidak kekal. Bukan hanya sekadar perpecahan berlaku dalaman “Barisan Alternatif”, malah kejayaan menawan negeri Terengganu menggelap mata sesetengah golongan untuk memonopoli kejayaan walaupun hakikatnya usaha itu hasil kolektif pelbagai pihak. Terbukti pemikiran jemaah centric masih mempengaruhi sesetengah pihak sehingga membawa kepada perpecahan.

Maka, apakah penyelesaiannya? Apakah jemaah-jemaah yang wujud perlu dileburkan menjadi satu jemaah yang unggul sahaja? Dengan itu umat Islam semua akan bersatu di bawah satu panji “ummah” sahaja tanpa khilaf dan perpecahan!
Bunyinya begitu indah, hakikatnya slogan-slogan tersebutlah yang akhirnya membawa kepada perpecahan yang lebih teruk. Slogan “kembali kepada satu jemaahlah yang telah menyebabkan krisis di antara jemaah berterusan, dari dulu, kini dan selamanya. Mengapa? Ini kerana tabiat manusia itu berbeza, gaya pemikirannya berlainan, tahap pemikiran tidak sama, dan manusia itu sendiri secara fizikalnya berbeza-beza. Perkara inilah yang telah disentuh oleh Dr. Yusuf al-Qaradhawi di dalam bukunya “al-Sahwah al-lslamiyyah baina al-Ikhtilaf al-Masyru’ wa tafarruq al-mazmum”
Pemikiran “Ummah Centric”

Tiada salahnya kewujudan jemaah-jemaah selagi mereka berpaksikan pemikiran “Ummah Centric” dan bukannya “Jemaah Centric”. Tidak salah wujudnya jemaah-jemaah selagi ia wujud sebagai organisasi untuk melaksanakan kerja-kerja dakwah dan perubahan secara kolektif, dan tidak lebih daripada organisasi yang menghimpunkan ahli-ahli yang mempunyai persamaan dan keserasian untuk mencapai objektif yang sama. Tiada salah juga berjemaah selagi ia membawa kepada penyatuan tenaga untuk melakukan kerja-kerja Islam di bawah satu organisasi yang tersusun kemas selaras dengan seruan Allah SWT: “Sesungguhnya Allah menyukai mereka yang berperang di jalan-Nya di dalam satu barisan, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang kukuh”(al-Saff: ayat 3).

Jangan lebih daripada itu hendaknya. Jika adanya unsur ‘jemaah saya yang utama’, ‘Jemaah saya yang paling hebat’, ‘jemaah saya yang paling hebat tarbiah’, ‘jemaah saya yang paling sunnah”, ‘jemaah saya yang paling ulama’ dan lain-lain kredibiliti yang mengatasi kesatuan ummah, maka perpecahan akan segera timbul.
Pemikiran ‘Ummah Centric’ perlu dihayati oleh seniua umat Islam seperti mana ia dihayati oleh umat terdahulu. Bukankah Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya umat ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku.” (al-Anbiya: ayat 92), dan juga firman Allah SWT, “Sesungguhnya mukmin tu bersaudara, maka damaikanlah dua saudaramu (yang bertelagah).” (al-Hujuraat: ayat 10).

Begitu juga dengan hadis-hadis yang menekankan kepentingan ukhuwah dan kesatuan umat. Pemikiran ummatik inilah yang semestinya mencorakkan cara berfikir, cara berukhuwah, cara bertindak dan juga cara menilai sesuatu. Janganlah ada pilih bulu dalam berukhuwah, jika seseorang itu satu jemaah, maka itulah “sahabat”, “ikhwah”, “puak” atau golongan kita. Orang dari jemaah lain pula diberikan layanan kelas kedua, hanya kerana mereka bukan “ahli jemaah” kita.

Dalam menuntut ilmu juga begitu juga hendaknya, dan bukannya sikap mengikuti atau mendengar atau menghadiri hanya kuliah-kuliah dan kelas-kelas pengajian “oghe-oghe kito” sahaja dan menutup telinga dan pintu hati pada orang-orang dari jemaah lain. Dalam membaca begitu juga, Janganlah hanya membaca literasi “harakah” yang versi “fikrah kita” sahaja dan memandang sepi literasi hasil tulisan orang-orang dari kumpulan lain, walhal kemungkinan apa yang ada pada orang lain itu lebih bermanfaat dan lebih baik.


Pemikiran ummatik ini perlu disemadikan di dalam hati para pencinta Islam dan pejuang-pejuang syariat Islam agar segala usaha dirasakan sebagai tanggungjawab bersama. Jika beroleh kemenangan, ia tidak akan dimonopoli oleh golongan-golongan tertentu sahaja, tetapi dirasakan sebagai milik semua. Jika ada kelemahan terhadap usaha orang lain, pihak yang nampak kelemahan tersebut, walaupun dari jemaah lain, akan segera membantu untuk memperbaikinya dan bukan menghentam atau menjadikannya sebagai hujah untuk menjatuhkannya. Pemikiran ummatik juga akan membuatkan semua jemaah melihat jemaah-jemaah lain sebagai rakan setugas, rakan sepasukan dan juga rakan seperjuangan, yang walaupun lain gaya bekerja, tetapi tetap di bawah satu majikan yang sama.

Pemikiran ummatik juga akan menguatkan lagi usaha-usaha untuk tajdid, islah dan dakwah. Sinergi di antara jemaah di atas usaha-usaha bersama akan lebih banyak dan lebih memberikan impak. Tanpa prejudis, tanpa kebencian, tanpa hasad,tanpa fitnah memfitnah, tanpa jatuh menjatuhkan, tanpa hentam menghentam, dan yang penting lagi tanpa merasakan orang di luar jemaah kita adalah “orang lain”. Jika semua pendukung jemaah-jemaah yang wujud dapat merasakan bahawa semua jemaah-jemaah dan juga orang-orang lain yang mungkin tidak berjemaah sebagai saudara seummah mereka, di waktu itu, insya-Allah keberkatan dan bantuan Allah akan turun. Hal ini perlu dimulakan segera, bermula dengan pemikiran dan juga hati!


Fiqh Ikhtilaf

Selain daripada berfikiran ummah centric, para pencinta Islam juga wajib menghayati flqh dan juga adab berikhtilaf. Kata-kata Imam al-Syafi’i yang berbunyi: “Pandanganku adalah benar menurut pendapatku, tetapi berkemungkinan silap, dan pendapat lawanku adalah silap pada pandanganku, tetapi berkemungkinan mengandungi kebenaran”. Kata-kata al-Marhum Rashid Redha yang kemudiannya dipopularkan oleh Hassan al-Banna juga merupakan satu kaedah emas yang boleh dijadikan penawar di dalam menangani masalah perpecahan disebabkan pemikiran jemaah centric. Beliau berkata: “Kita bekerjasama di dalam perkara yang kita sepakati dan kita berlapang dada di dalam apa yang kita perselisihkan”

Di dalam berikhtilaf semua pihak perlulah ikhlas dan benar-benar meletakkan Islam sebagai matlamat mereka dan bukannya jemaah atau fikrah. Bunyinya seperti mudah, namun pelaksanaannya tidak semudah diucapkan. Sekali lagi ia perlu bermula dari hati, dari pemikiran dan juga dari roh” ummah centric”.

Nota: Centric membawa maksud: paksi, jemaah centric membawa maksud pemikiran berpaksikan jemaah, manakala ummah centric pula membawa maksud, pemikiran berpaksikan konsep satu ummah

salinan yang diubahsuai daripada http://www.halaqah-online.com

Related Posts with Thumbnails